TENGGARONG – Di bawah langit Sangasanga yang teduh, berdiri megah sosok proklamator bangsa, Presiden Soekarno, dalam wujud patung perunggu yang menghadap ke depan dengan gagah. Namun kini, bukan hanya sejarah yang menjadi denyut di tempat itu. Sebuah harapan baru mulai tumbuh, menyelimuti ruang hijau dengan cita-cita kemajuan ekonomi warga.
Taman Patung Soekarno, yang semula dirancang sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), kini tengah bersolek menjadi lebih dari sekadar tempat beristirahat. Kawasan ini akan berubah wajah menjadi pusat wisata dan sentra UMKM bagi masyarakat Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Camat Sangasanga, Dachriansyah, menuturkan bahwa pengembangan taman ini awalnya berfokus pada fungsi sosial dan lingkungan. Namun seiring waktu, muncul keinginan kuat dari masyarakat dan dukungan pemerintah daerah untuk memberikan fungsi tambahan yang berdampak langsung pada ekonomi warga.
“Tadinya hanya RTH, tapi melalui usulan Wakil Bupati, kami diarahkan untuk menghadirkan aktivitas ekonomi lewat pelibatan UMKM lokal. Ini akan membuat taman ini benar-benar hidup,” ujar Dachri, Jumat (14/3/2025).
Taman ini dirancang tidak hanya sebagai tempat untuk bersantai, tetapi juga sebagai ruang interaksi sosial dan ekonomi. Stand-stand UMKM akan disiapkan di area strategis, memberikan peluang usaha bagi warga lokal untuk menjual kuliner, kerajinan tangan, hingga produk kreatif khas Sangasanga.
Pembangunan infrastruktur masih berlangsung dan ditargetkan selesai pada tahun 2025. Namun antusiasme masyarakat mulai terasa. Banyak yang berharap taman ini tak hanya menjadi ikon, tetapi juga titik awal bagi Sangasanga untuk tampil sebagai destinasi wisata baru yang punya daya tarik sejarah dan potensi ekonomi sekaligus.
“Kami menunggu momen peresmiannya. Karena ketika sudah aktif, bukan hanya warga yang mendapat tempat bersantai, tapi juga mendapat ruang usaha,” tambah Dachri.
Lebih dari sekadar taman, Patung Soekarno yang berdiri kokoh di tengah kawasan akan menjadi penanda era baru. Dari simbol perjuangan, kini ia menjadi saksi bagi perjuangan ekonomi warga yang bangkit melalui kreativitas dan usaha mandiri.
“Taman ini bisa jadi wajah baru Sangasanga. Jika dikelola baik, bukan tidak mungkin kita akan melihat keramaian baru: tawa anak-anak, geliat pedagang, dan wisatawan yang datang untuk belajar sejarah sekaligus berbelanja produk lokal,” pungkasnya. (adv/ed3)