Tenggarong, Rabu 20 November 2024 – Malam itu, Selasa, 19 November 2024, studio Kompas TV di Jakarta Pusat menjadi saksi dari pertarungan gagasan yang sengit namun penuh harapan. Tiga pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) periode 2024-2029 berhadapan langsung dalam Debat Publik ke-2 yang mengusung tema besar: Mewujudkan Kutai yang Tangguh Melalui Tata Kelola Pemerintahan, Transformasi Digital, dan Pelestarian Lingkungan. Tema ini, sarat dengan tantangan besar yang dihadapi Kukar, menggambarkan jalan terjal menuju masa depan yang lebih baik.
Sekretaris Daerah Kukar, Sunggono, hadir bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Mereka menyimak dengan seksama jalannya debat yang dirancang sebagai ajang pembuktian visi dan misi masing-masing kandidat. Ketua KPU Kukar, Rudi Gunawan, menegaskan pentingnya forum ini sebagai barometer kapasitas calon pemimpin.
“Ini bukan sekadar diskusi formal. Ini adalah panggung bagi masyarakat untuk melihat siapa yang benar-benar siap membawa Kukar menuju perubahan signifikan,” ujar Rudi.
Paslon yang tampil adalah Edi Damansyah-Rendi Solihin (Edi-Rendi), Awang Yacoub Luthman-Akhmad Zais (Ayl-Aza), dan Dendi Suryadi-Alif Turiadi (Dendi-Alif). Ketiganya diuji oleh panelis yang menghadirkan pertanyaan strategis terkait tiga isu utama: tata kelola pemerintahan yang bersih, transformasi digital dalam pelayanan publik, serta pelestarian lingkungan hidup.

Dalam salah satu momen debat, isu tata kelola pemerintahan yang bersih memunculkan argumen tajam dari setiap paslon. Edi-Rendi menekankan pentingnya integritas aparatur negara, dengan janji memperkuat transparansi anggaran melalui teknologi digital. Di sisi lain, Ayl-Aza mengusulkan reformasi birokrasi berbasis kinerja yang tegas. Sementara itu, Dendi-Alif menawarkan program partisipatif untuk menguatkan kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik.
Pertarungan gagasan semakin memanas ketika isu lingkungan diangkat. Sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam, Kukar menghadapi dilema besar antara eksploitasi dan pelestarian. Semua paslon menyadari tantangan ini, tetapi menawarkan solusi yang berbeda.
Debat ini tidak hanya menjadi ajang pembuktian bagi para kandidat, tetapi juga momen refleksi bagi masyarakat Kukar yang menyaksikan dari layar kaca. Keputusan mereka pada Pilkada nanti akan menentukan arah pembangunan daerah yang kerap disebut sebagai jantung Kalimantan Timur ini.
Seiring berakhirnya debat, pertanyaan besar tetap menggantung di udara: siapa yang paling layak memimpin Kukar menghadapi tantangan besar di masa depan? Jawabannya kini berada di tangan warga, yang akan menentukan pilihan mereka berdasarkan visi, gagasan, dan keberanian para kandidat yang tampil malam itu. (ADV/ED3)