Tenggarong, Selasa 26 November 2024 – Sore itu, Siti Munibah mengenang satu persatu kasus yang sempat menghantui pekerjaannya di Puskesmas Sanga-sanga. Salah satu yang paling ia ingat adalah ibu muda berusia 35 tahun, datang dengan rasa sakit yang tak tertahankan. Kanker serviksnya baru terdeteksi ketika sudah mencapai stadium lanjut. “Andai saja ia mau memeriksakan diri lebih awal,” gumam Siti, penuh keprihatinan.
Cerita serupa terus berulang. Data Puskesmas menunjukkan, dari 2019 hingga 2022, empat kasus kanker serviks dan payudara ditemukan dalam kondisi terlambat, membuat peluang sembuh semakin kecil. Ini mendorong Puskesmas Sanga-sanga meluncurkan *GESIT SELES* (Gerakan Sadar Periksa IVA Test dan Sedonis Reproduksi Lebih Sehat), sebuah program berbasis komunitas yang menawarkan harapan baru bagi perempuan di Kecamatan Sanga-sanga.
“GESIT SELES adalah upaya preventif untuk melindungi perempuan dari ancaman kanker,” ujar Siti Munibah, penggagas program sekaligus tenaga kesehatan di Puskesmas tersebut. “Kami ingin membangun kesadaran bahwa deteksi dini bisa menyelamatkan hidup.”
Meski telah terjadi peningkatan dari 235 perempuan yang menjalani pemeriksaan IVA pada 2022 menjadi 338 pada 2023, angka ini masih jauh dari memadai. Populasi perempuan usia 30–50 tahun di Sanga-sanga yang membutuhkan pemeriksaan jauh lebih besar. “Masalah utamanya adalah stigma dan rasa tabu,” jelas Siti. “Banyak yang malu atau takut akan hasil pemeriksaan.”
Hal ini membuat Puskesmas Sanga-sanga mengubah strategi dengan pendekatan berbasis komunitas. GESIT SELES tidak hanya menawarkan layanan medis, tetapi juga menciptakan ruang yang inklusif dan nyaman, membongkar tembok ketakutan yang menghalangi perempuan memeriksakan diri.

1. Posyandu Rutin: Pemeriksaan IVA dilakukan bersamaan dengan kegiatan kesehatan ibu dan anak, memberikan akses mudah kepada perempuan.
2. Edukasi di Arisan PKK: Informasi disampaikan dalam suasana santai, sehingga topik sensitif ini lebih mudah diterima.
3. Kunjungan Rumah: Tim kesehatan bersama kader desa memberikan pelayanan langsung, terutama bagi mereka yang enggan datang ke fasilitas kesehatan.
“Melalui pendekatan ini, kami ingin menghapus kesan bahwa pemeriksaan kesehatan reproduksi itu menakutkan,” tambah Siti.
Program ini mendapat dukungan penuh dari Camat Sanga-sanga, Dachriansyah, yang menekankan pentingnya pencegahan dini. “Dengan GESIT SELES, kami menyelamatkan lebih banyak perempuan dari ancaman kanker,” ujarnya.
Sejalan dengan RPJMD Kukar 2021–2026, GESIT SELES menjadi langkah nyata menuju masyarakat yang lebih sehat. Dinas Kesehatan Kukar juga memastikan keberlanjutan program ini melalui dukungan teknis dan pendanaan.
Hasilnya mulai terlihat. Tidak hanya jumlah pemeriksaan yang meningkat, tetapi juga perubahan cara pandang masyarakat. Ketakutan dan stigma perlahan terkikis, digantikan oleh keberanian untuk menjaga kesehatan. “Kami melihat semakin banyak perempuan yang berani memeriksakan diri,” ujar Siti penuh optimisme.
Puskesmas Sanga-sanga berharap, GESIT SELES dapat menjadi model bagi kecamatan lain, bahkan hingga tingkat provinsi. “Ini bukan sekadar program kesehatan,” kata Siti. “Ini adalah bentuk pemberdayaan perempuan. Dengan kesadaran yang lebih baik, perempuan menjadi lebih percaya diri dan produktif.”
Di balik angka dan strategi, ada cerita tentang keberanian melawan rasa takut, tentang harapan yang ditanamkan kepada setiap perempuan di Sanga-sanga. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, GESIT SELES membuktikan bahwa ancaman kanker bisa dihadapi bersama.
Ketika perempuan berani melangkah untuk memeriksakan diri, mereka tidak hanya menyelamatkan hidup mereka sendiri, tetapi juga menunjukkan kepada generasi berikutnya bahwa hidup sehat adalah hak yang harus diperjuangkan. GESIT SELES bukan hanya program, tapi sebuah gerakan menuju masa depan yang bebas dari belenggu kanker. (ADV/ED3)