Tenggarong, Senin 2 Desember 2024 – Langit Sangasanga berpendar keemasan, menyelimuti sebuah wilayah yang pernah ditandai gemuruh alat berat dan jejak debu tambang. Namun, di balik gambaran kelam itu, ada cerita yang mulai berubah. Kecamatan di Kutai Kartanegara ini tengah menyiapkan transformasi besar—dari kawasan tambang menjadi pusat produksi pangan yang berkelanjutan.
Langkah awal penuh harapan ini bermula dari keberanian Pemerintah Kecamatan Sangasanga untuk melihat potensi di balik lahan eks tambang. Dengan menggandeng perusahaan tambang dan masyarakat, rencana pemanfaatan lahan ini diarahkan ke sektor pertanian dan peternakan. “Kami ingin Sangasanga dikenal tidak hanya karena tambang, tetapi juga sebagai simbol lumbung pangan yang memberi manfaat berkelanjutan,” ujar Camat Sangasanga, Dachriansyah, Senin (2/12/2024).
Sebagai pijakan pertama, program peternakan sapi telah dirancang. Sebuah perusahaan tambang telah sepakat menghibahkan sebagian lahannya untuk mendukung inisiatif ini. Rencana ini bukan hanya soal produksi daging, tetapi juga rehabilitasi ekosistem yang sempat rusak akibat eksploitasi tambang.
“Kami melihat peternakan sapi sebagai solusi ideal. Selain hasilnya berupa daging, kotoran sapi juga bisa diolah menjadi pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah,” jelas Dachriansyah.

Rencana besar ini dirancang dengan visi kolaborasi. Pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak swasta diposisikan sebagai elemen kunci. Dachriansyah optimistis, jika semua pihak bersinergi, Sangasanga dapat menjadi pelopor transformasi kawasan tambang di Indonesia.
Tak hanya itu, visi Sangasanga sejalan dengan misi Kabupaten Kutai Kartanegara dalam pembangunan berkelanjutan. Rehabilitasi lahan eks tambang ini diharapkan menjadi cetak biru nasional untuk memadukan aspek ekonomi dan lingkungan. Dachriansyah bahkan membayangkan wilayah ini sebagai sentra pertanian terpadu dengan potensi besar dalam pengelolaan tanaman pangan dan hortikultura.
“Ini adalah investasi jangka panjang, bukan hanya soal angka, tetapi dampaknya pada kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Optimisme ini bukan tanpa alasan. Program ini diproyeksikan menciptakan lapangan kerja baru, memberikan peluang langsung bagi masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan sektor pangan. Masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pemain utama dalam transformasi ini.
Sangasanga kini berdiri di ambang babak baru, di mana tanah yang dulu hanya menghasilkan sumber daya tak terbarukan kini diubah menjadi lumbung harapan. Jika sukses, program ini tak hanya menjawab tantangan lokal tetapi juga kebutuhan pangan di wilayah IKN Nusantara yang sedang berkembang pesat.
Transformasi ini bukan sekadar cerita ekonomi atau lingkungan. Ini adalah tentang sebuah mimpi besar yang berakar dari keberanian untuk berubah dan kerja keras yang dilakukan bersama. Sangasanga, sebuah nama yang dulu erat dengan tambang, kini siap menjadi simbol harapan dan keberlanjutan di Kutai Kartanegara.
“Ini adalah bukti bahwa dari lahan yang pernah gersang, kehidupan baru bisa tumbuh,” pungkas Dachriansyah dengan penuh keyakinan. (ADV/ED3)