Partisipasi Pedagang Meningkat, Pasar Ramadan Tenggarong Ditarget Raup Rp35 Miliar

tajukmedia.id

Partisipasi Pedagang Meningkat, Pasar Ramadan Tenggarong Ditarget Raup Rp35 Miliar
Warga memadati Lorong Pasar Ramadan Tenggarong 2025 yang dipusatkan di sekitar Masjid Agung Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS), Tenggarong.

TENGGARONG – Saat matahari mulai condong ke barat, aroma gorengan hangat, es buah segar, dan aneka kudapan khas Ramadan menyatu dalam semarak keramaian di sekitar Masjid Agung Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS), Tenggarong. Di sinilah ratusan pedagang menaruh harapan besar mereka—pada tenda-tenda sederhana yang berjajar memutari Monumen Pancasila.

Ramadan 1446 Hijriah ini, Lorong Pasar Ramadan Tenggarong kembali hadir dengan skala lebih besar. Tidak hanya dari segi jumlah tenda yang disiapkan, tapi juga dari semangat dan partisipasi warga yang semakin meningkat. Setelah tahun lalu mencatat perputaran uang hingga Rp30 miliar, tahun ini pemerintah menargetkan angka yang lebih ambisius: Rp35 hingga Rp40 miliar dalam satu bulan penuh.

Camat Tenggarong, Sukono, mengungkapkan bahwa ekspansi lokasi pasar tahun ini sengaja dilakukan untuk memberikan dampak ekonomi yang lebih luas. “Alhamdulillah, hari pertama pada Sabtu (1/3) kemarin berjalan sukses. Semoga sampai akhir Ramadan, pasar ini bisa terus ramai dan perputaran ekonominya benar-benar dirasakan masyarakat,” ujar Sukono, Senin (3/3).

Sebanyak 100 tenda telah disiapkan panitia, masing-masing diisi dua hingga tiga pedagang. Total ada sekitar 200 pedagang yang tergabung, mulai dari mereka yang dulu biasa berdagang di Jalan S Parman dan Panjaitan, hingga para pemuda IRMA Masjid SAMS yang kini turut serta menjadi bagian dari denyut ekonomi Ramadan ini.

Menurut Sukono, inisiatif ini bukan hanya soal berdagang, tapi juga soal memberdayakan. “Kami ingin masyarakat merasakan Ramadan bukan hanya secara spiritual, tapi juga secara ekonomi. Semakin banyak yang terlibat, semakin besar pula peluang untuk meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.

Dua tahun sejak dipusatkan di kawasan strategis ini, Lorong Pasar Ramadan kian menjadi magnet. Bukan sekadar tempat berburu takjil, tapi juga ruang bertemunya ekonomi kerakyatan dan kearifan lokal.

Ketika azan Magrib berkumandang dan lampu-lampu lorong mulai menyala, bukan hanya lapak yang ditutup dan dompet yang terisi. Tapi juga rasa syukur—karena di tengah tenda-tenda kecil ini, harapan besar untuk kehidupan yang lebih baik terus tumbuh dari hari ke hari. (adv/ed3)

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer