Tenggarong, Rabu 20 November 2024 – Di tepian Sungai Loa Ipuh, kerusakan alam bukan lagi sekadar ancaman, melainkan realitas yang dirasakan warga setiap hari. Abrasi menggerus tanah sedikit demi sedikit, mengancam permukiman, bahkan infrastruktur di sepanjang bantaran. Namun, di tengah ancaman ini, harapan mulai bersemi melalui sebuah program yang tak hanya bertujuan menjaga alam, tetapi juga menyejahterakan masyarakat.
Pemerintah Kelurahan Loa Ipuh, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kutai Kartanegara, memulai langkah besar melalui program penghijauan bantaran sungai. Sebuah gerakan yang bertujuan ganda: menahan abrasi dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Kami tidak ingin sekadar menanam pohon, tapi juga menciptakan masa depan yang lebih baik untuk warga Loa Ipuh,” ujar Lurah Loa Ipuh, Erri Suparjan, penuh keyakinan, Rabu (20/11/2024).

Dalam program ini, ratusan bibit pohon akan ditanam di sepanjang bantaran sungai, mencakup area sekitar satu kilometer. Jenis tanaman yang dipilih bukan hanya pohon pelindung seperti mahoni dan trembesi, tetapi juga pohon buah-buahan seperti mangga dan rambutan. Pilihan ini mencerminkan pendekatan strategis yang menggabungkan pelestarian lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat.
“Kami ingin pohon-pohon ini menjadi solusi jangka panjang. Selain melawan abrasi, hasil buahnya dapat dinikmati warga, bahkan menjadi sumber penghasilan tambahan,” lanjut Erri.
Langkah ini pun melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pemerintah Kelurahan Loa Ipuh memastikan warga terlibat sejak tahap perencanaan, penanaman, hingga perawatan pohon. Upaya ini tidak hanya menciptakan rasa tanggung jawab bersama, tetapi juga membangun kepemilikan atas masa depan lingkungan mereka.
Nurhayati, salah seorang warga, menyambut program ini dengan antusias. “Kalau pohon-pohon ini tumbuh besar, abrasi pasti bisa ditekan. Apalagi ada pohon buah-buahan, jadi ada hasilnya juga untuk warga. Kami pasti dukung penuh,” ungkapnya dengan senyum semangat.
Melalui dukungan pemerintah dan masyarakat, program penghijauan ini diharapkan selesai pada akhir 2024. Namun, Erri menegaskan, ini hanyalah awal dari rencana besar.
“Kami ingin ini menjadi model yang berkelanjutan. Jika berhasil, kami akan memperluas program ke area lain di Loa Ipuh. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain,” tambahnya.
Dengan pohon-pohon yang mulai tumbuh dan dukungan yang terus mengalir, bantaran Sungai Loa Ipuh bukan hanya akan bebas dari abrasi, tetapi juga menjadi kawasan yang lebih hijau, produktif, dan sejahtera. Sebuah bukti bahwa dari tantangan yang besar, langkah kecil dengan komitmen kuat mampu menanamkan harapan baru. ( ADV/ED3)