Tenggarong, Senin 25 November 2024 – Pagi itu, aroma khas sampah yang bercampur debu kota masih tercium di sudut-sudut Kelurahan Melayu, Tenggarong. Namun, di balik tumpukan limbah yang menjadi tantangan sehari-hari, ada secercah harapan yang tumbuh: Bank Sampah. Dalam sebulan, hampir 2 ton sampah berhasil dikelola oleh program ini, sebuah bukti komitmen kuat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Program Bank Sampah Kelurahan Melayu bukan sekadar upaya pengelolaan limbah. Gedung khusus yang baru saja dibangun menjadi pusat aktivitas masyarakat dalam memilah, menyortir, dan mengolah sampah. Taufik Anwar, Kasi Pembangunan Kelurahan Melayu, menyebutnya sebagai langkah besar menghadapi permasalahan lingkungan.
“Gedung ini adalah tonggak awal strategi besar kami untuk mengatasi masalah sampah. Ini bukan hanya fasilitas, tetapi simbol tekad masyarakat untuk berubah,” ujarnya penuh optimisme pada Minggu (25/11/2024).
Sampah-sampah yang terkumpul mencakup berbagai jenis, dari organik hingga plastik dan kertas. Kehadirannya bukan hanya mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi juga memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup bersih dan berkelanjutan.

Meski membanggakan, program ini tidak lepas dari hambatan. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan alat pendukung seperti alat press sampah yang dibutuhkan untuk memadatkan limbah.
“Alat press itu penting, tapi biayanya mahal, membutuhkan konsumsi listrik besar, dan harus dioperasikan oleh tenaga yang terlatih. Kami juga butuh pelatihan untuk pengelola Bank Sampah,” keluh Taufik.
Di sisi lain, tingkat partisipasi warga masih menjadi pekerjaan rumah besar. Sosialisasi melalui media sosial dan kerja sama komunitas terus digencarkan, namun mengubah kebiasaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif bukanlah hal yang mudah.
“Keberhasilan Bank Sampah bergantung pada kontribusi masyarakat. Kami akan terus mengedukasi dan mengajak warga agar semakin banyak yang peduli,” tambahnya.
Bank Sampah ini tak hanya soal kebersihan. Taufik menekankan bahwa program ini juga berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat.
“Lingkungan yang bersih adalah kunci pencegahan berbagai penyakit, termasuk stunting. Ini lebih dari sekadar sampah, ini tentang masa depan kesehatan kita,” jelasnya.
Selain itu, potensi ekonomi dari pengelolaan sampah mulai terlihat. Sampah-sampah yang dipilah bisa diolah menjadi barang bernilai jual, memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat.
Program Bank Sampah Kelurahan Melayu kini menjadi simbol perubahan. Semangat yang terpancar dari gedung sederhana ini menginspirasi wilayah lain di Kutai Kartanegara untuk mengikuti jejak serupa. Taufik percaya, jika seluruh elemen masyarakat dan pemerintah bersatu, program ini akan terus berkembang dan membawa manfaat yang lebih luas.
“Ini bukan hanya soal sampah, tapi soal bagaimana kita mengubah kebiasaan buruk menjadi sesuatu yang bermanfaat. Semua ini untuk masa depan yang lebih baik,” tutupnya dengan penuh harapan.
Di tengah tantangan besar, langkah kecil Kelurahan Melayu ini adalah pengingat bahwa perubahan bisa dimulai dari mana saja, bahkan dari tumpukan sampah. Dan di sana, harapan untuk masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan terus tumbuh. (ADV/ED3)