TENGGARONG – Dengan anggaran terbatas hanya Rp12 juta, warga Kelurahan Maluhu membuktikan bahwa semangat kebersamaan bisa menghidupkan bulan suci. Di tengah efisiensi anggaran yang melanda berbagai kegiatan pemerintah, mereka tetap mampu menggelar Festival Ramadan Kelima secara meriah dan penuh makna.
Digelar sejak Kamis malam, 6 Maret 2025, festival ini dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara, Sunggono. Di balik kemeriahannya, tersimpan kisah gotong royong yang kuat antara pemerintah kelurahan dan pemuda setempat yang tergabung dalam Karang Taruna Krida Mulya.
“Anggaran terbatas bukan halangan. Warga kami bahu membahu, dari menyediakan konsumsi hingga perlengkapan lomba. Ini bukti bahwa Ramadan bukan sekadar ibadah individu, tetapi momen memperkuat ikatan sosial,” tutur Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro.
Festival Ramadan ini tak hanya menjadi ajang syiar Islam. Ia menjelma menjadi ruang pembelajaran dan ekspresi bakat generasi muda. Mulai dari lomba adzan, hafalan surah, kaligrafi, cerdas cermat islami, hingga habsyi dan grebek sahur—semuanya dirancang untuk menumbuhkan keterampilan keagamaan sejak dini.
“Ini bukan sekadar perlombaan. Ini adalah investasi spiritual bagi masa depan anak-anak kita. Kita ingin mereka tumbuh dengan nilai-nilai Islam yang kuat dan menjadi pribadi yang berakhlak baik,” kata Joko.
Tak ketinggalan, UMKM lokal juga diberi ruang untuk meramaikan suasana. Tenda-tenda makanan khas Ramadan berdiri di sekitar lokasi kegiatan, menjadikan festival ini tak hanya sarat nilai religius, tetapi juga memberi dampak ekonomi bagi warga.
Festival ini juga sejalan dengan program Gerakan Etam Mengaji (GEMA) yang diusung Pemerintah Kabupaten Kukar. Menurut Joko, kegiatan keagamaan semacam ini penting untuk membentuk pribadi yang tak hanya religius, tetapi juga memiliki kontrol diri dalam kehidupan sosial.
“Kalau seseorang rajin mengaji, insyaAllah ia punya batasan dalam bertindak. Itu yang kami harapkan dari generasi Maluhu ke depan: punya ilmu, punya iman, dan siap melayani,” pungkas Joko dengan mata berbinar.
Dalam suasana yang hangat, penuh cahaya lentera dan lantunan ayat suci, Festival Ramadan Maluhu menjadi bukti bahwa keterbatasan bisa dilampaui dengan niat yang tulus. Di tengah tantangan zaman, semangat warga Maluhu menjadi pengingat bahwa Ramadan adalah tentang berbagi—baik rezeki, waktu, maupun semangat kebersamaan. (adv/ed3)