Anak Muda Kembali ke Sawah, Sebulu Bangkit Jadi Lumbung Pangan Kukar

tajukmedia.id

Anak Muda Kembali ke Sawah, Sebulu Bangkit Jadi Lumbung Pangan Kukar
Seorang petani di Kecamatan Sebulu, Kukar, tengah merawat tanaman padi di lahan yang dulunya merupakan lahan tidur.

TENGGARONG – Di tengah sawah yang sempat lama terabaikan, Rahmat, 35 tahun, kini menanam harapan bersama batang-batang padi muda yang tumbuh berbaris rapi. Dulu, ia hanya ikut-ikutan orang tua bertani. Kini, ia memimpin kelompok tani muda dengan visi yang lebih segar: menjadikan Sebulu sebagai lumbung pangan masa depan Kutai Kartanegara (Kukar).

“Kami dulu ragu bisa hidup dari sawah. Tapi sekarang, dengan alat modern dan pelatihan rutin, kami bisa panen lebih banyak, lebih cepat, dan lebih pasti,” kata Rahmat, sembari mengecek irigasi lahan yang dulunya kering.

Transformasi sektor pertanian di Kecamatan Sebulu bukanlah kebetulan. Ia lahir dari kombinasi kebijakan nyata dan semangat warga desa yang tak ingin tertinggal. Pemerintah Kabupaten Kukar tak hanya menyalurkan pupuk bersubsidi dan bibit unggul, tetapi juga mengirim penyuluh pertanian yang turun langsung ke lahan—mengajarkan teknik bercocok tanam ramah lingkungan hingga penggunaan mesin tanam otomatis.

Nurul Yakin, Kasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kecamatan Sebulu, menyebut perubahan ini sebagai revolusi tenang. “Dulu banyak lahan tidur. Sekarang, hampir seluruhnya digarap. Produktivitas padi dan sawit meningkat tajam, dan anak-anak muda mulai tertarik kembali bertani,” ujarnya, Senin (24/3/2025).

Kini, hasil pertanian Sebulu tak hanya mencukupi kebutuhan lokal, tetapi juga mengalir ke pasar-pasar di luar Kukar. Yang lebih penting, identitas petani tak lagi identik dengan masa lalu. Di tangan generasi muda, bertani menjadi profesi yang strategis, terukur, dan berorientasi masa depan.

“Kami diajari cara menghitung kebutuhan pupuk per hektare, waktu tanam terbaik, dan bagaimana menjual hasil secara kolektif agar tidak dimonopoli tengkulak,” kata Rahmat.

Langkah pemerintah kecamatan pun tidak berhenti di sini. Mereka tengah menyusun program pemberdayaan lanjutan, seperti koperasi tani modern dan program diversifikasi usaha pascapanen.

Sebulu kini bukan hanya pusat pertanian, tetapi juga simbol dari harapan baru: bahwa desa bisa menjadi poros kemandirian pangan jika diberi ruang, alat, dan ilmu.

“Pertanian ini bukan hanya tentang panen, tapi tentang harga diri. Kami ingin Sebulu jadi tempat anak-anak muda kembali, bukan pergi,” tutup Nurul Yakin dengan penuh keyakinan. (adv/ed3)

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer