TENGGARONG – Di balik kerenyahan setiap helai keripik tempe dari Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, tersimpan kisah perjuangan dan inovasi yang patut diapresiasi. Dari tangan-tangan ibu rumah tangga dan pemuda desa, potongan tempe tak lagi hanya berakhir di dapur rumah tangga, tapi kini menghiasi rak-rak toko oleh-oleh hingga etalase marketplace nasional.
“Dulu kami hanya buat tempe untuk konsumsi harian. Tapi sejak ada pelatihan dan pendampingan, warga mulai bikin keripik tempe dan hasilnya luar biasa. Sudah sampai Jakarta,” kata Kepala Desa Loh Sumber, Sukirno, Jumat (28/3/2025).
Produk keripik tempe buatan warga kini menjadi ikon baru dari desa ini. Dalam pengiriman terbarunya, sebanyak 1.000 bungkus keripik tempe telah dikirim ke distributor di Jakarta. Rasa gurih, tekstur renyah, dan kemasan modern membuat produk ini cepat diterima oleh pasar, bahkan menjadi incaran oleh-oleh khas Kukar.
Transformasi ini tidak datang dalam semalam. Pemerintah desa, masyarakat, dan mitra swasta seperti PT Multi Harapan Utama (MHU) bahu membahu menghidupkan semangat UMKM. PT MHU memberikan bantuan pelatihan produksi, alat pengemasan, hingga strategi pemasaran dan literasi keuangan.
“MHU sangat membantu, terutama kelompok PKK yang sekarang jadi ujung tombak produksi keripik tempe. Mereka bukan cuma bisa produksi, tapi juga ngerti pasar dan strategi jualan,” jelas Sukirno.
Kini, berbagai varian rasa mulai dikembangkan—original, balado, keju—semua dikemas dalam plastik ziplock transparan yang menarik dan praktis. Untuk memastikan mutu tetap konsisten, desa membentuk kelompok usaha bersama (KUB) yang mengelola seluruh rantai produksi, dari bahan baku hingga distribusi.
Desa Loh Sumber pun bersiap membangun rumah produksi terpadu. Targetnya adalah efisiensi, higienitas, dan kepastian standar mutu agar produk bisa bersaing di pasar retail besar dan masuk katalog pameran nasional.
“Keripik ini bukan sekadar camilan. Ini sumber penghasilan tambahan. Banyak ibu-ibu sekarang punya pemasukan rutin dari sini,” tambah Sukirno.
Tak hanya ekonomi, geliat UMKM ini juga mengubah wajah sosial desa. Pemuda dan ibu rumah tangga semakin semangat berwirausaha, muncul solidaritas antarpelaku usaha, dan terbentuk komunitas produksi yang saling mendukung. Bahkan, Pemdes kini menyiapkan pelatihan digital marketing untuk menjangkau pasar yang lebih luas melalui media sosial.
Dengan semua capaian dan dukungan yang ada, Sukirno yakin bahwa Desa Loh Sumber akan segera dikenal sebagai sentra industri makanan ringan berbasis tempe yang kompetitif secara nasional.
“Kami ingin keripik tempe ini jadi oleh-oleh khas Kukar. Ini juga jadi simbol kemandirian ekonomi desa,” tutupnya penuh keyakinan. (adv/ed3)