Gerak Sahur Ramaikan FKPR 2024 di Kukar, Jadi Ajang Ekspresi Budaya dan Religi Anak Muda

tajukmedia.id

Gerak Sahur Ramaikan FKPR 2024 di Kukar, Jadi Ajang Ekspresi Budaya dan Religi Anak Muda
Sejumlah peserta tampil penuh semangat dalam Lomba Gerak Sahur perdana yang digelar Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kukar di halaman Pendopo Odah Etam, Tenggarong.

TENGGARONG – Suara beduk menggema memecah keheningan malam. Di tengah dinginnya dini hari Ramadan, delapan kelompok anak muda berjejer, bersiap membawa semangat sahur ke panggung terbuka di halaman Pendopo Odah Etam. Dengan irama yang riuh, kreativitas meledak dalam lomba Gerak Sahur yang untuk pertama kalinya digelar di Festival Kreatif Pemuda Ramadan (FKPR) Kabupaten Kutai Kartanegara.

FKPR ke-2 tahun ini bukan hanya menjadi ruang berekspresi bagi generasi muda Kukar, tetapi juga menandai kelahiran tradisi baru: Lomba Gerak Sahur. Di tengah maraknya kegiatan hiburan Ramadan, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kukar memilih menyajikan sesuatu yang berbeda — sebuah panggung yang memadukan ibadah, seni, dan kebersamaan.

Dengan tema “Teriak Ibadah,” lomba yang berlangsung dari 12 hingga 15 Maret ini mengajak peserta tidak sekadar tampil, tapi juga menyuarakan semangat religiusitas melalui musik tradisional, hentakan beduk, dan koreografi yang menggugah. Ratusan penonton memadati lokasi sejak malam hingga dini hari, larut dalam gelora sahur yang dikemas penuh warna dan budaya lokal.

“Alhamdulillah, ini luar biasa. Antusias masyarakat begitu tinggi, dan saya tidak menyangka kreativitas pemuda Kukar bisa sehebat ini,” ungkap Kepala Dispora Kukar, Aji Ali Husni, Sabtu (15/3) dini hari.

Ali mengakui, meski Gerak Sahur baru pertama kali masuk dalam rangkaian FKPR, respons masyarakat menjadi alasan kuat untuk menjadikannya agenda tahunan. Menurutnya, bukan sekadar kompetisi, lomba ini membuka ruang baru bagi pemuda Kukar untuk menunjukkan bakat, kekompakan, dan kecintaan terhadap tradisi.

Dispora Kukar pun telah menyiapkan piagam dan uang pembinaan untuk para peserta. Namun lebih dari itu, mereka membawa pulang pengalaman kebersamaan yang tak ternilai.

“Kami akan terus fasilitasi ruang kreatif semacam ini. Tidak hanya saat Ramadan, tapi juga di momen lain seperti Tahun Baru Islam. Tahun depan, insyaallah lebih meriah dan lebih banyak pesertanya,” ujar Ali, menutup dengan optimisme.

Di tengah gempuran budaya modern dan aktivitas sahur yang sering kali sepi makna, FKPR menunjukkan bahwa dengan sentuhan inovasi dan semangat kolaborasi, nilai-nilai ibadah bisa disuarakan dengan penuh gaya. Di Tenggarong, teriak ibadah tak hanya terdengar—ia dirasakan. (adv/ed3)

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer