200 Hektare Lahan Bekas Tambang di Desa Embalut Disulap Jadi Penghasil Jagung Unggul

tajukmedia.id

200 Hektare Lahan Bekas Tambang di Desa Embalut Disulap Jadi Penghasil Jagung Unggul
Petani dan perangkat desa bersama-sama mempersiapkan lahan bekas tambang di Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, untuk ditanami jagung unggul. (istimewa)

Tenggarong, Selasa 26 November 2024 – Panas menyengat siang itu di Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, tak menyurutkan semangat Yahya, Kepala Desa yang dikenal visioner. Ia berdiri di tengah hamparan hijau ladang jagung, di atas tanah yang dulunya tak ubahnya gurun tandus bekas tambang. Kini, 200 hektare lahan itu telah menjadi bukti bahwa harapan bisa tumbuh dari lahan yang porak-poranda.  

Desa Embalut dahulu terperangkap dalam stigma kawasan rusak akibat aktivitas pertambangan. Namun, di bawah kepemimpinan Yahya, mimpi besar terwujud. Dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, mereka berhasil mengubah tanah tak bertuan ini menjadi penghasil jagung unggul yang terkenal hingga ke pasar regional. “Kami memilih bibit unggul dari Jawa, yang mampu menghasilkan empat hingga lima tongkol per tanaman. Itu semua demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Yahya, Selasa (26/11/2024).  

Transformasi ini bukan tanpa tantangan. Tanah yang miskin nutrisi membutuhkan teknik pengelolaan khusus. Pemerintah desa berkolaborasi dengan kelompok tani untuk memberikan pelatihan kepada para petani, dari teknik irigasi hingga pengelolaan tanah yang efisien. Tantangan cuaca pun sempat menjadi penghalang. Namun, modernisasi teknik pertanian membawa hasil panen yang stabil.  

Keberhasilan Desa Embalut tak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga menciptakan dampak lingkungan yang signifikan. Kawasan hijau kini menggantikan gersangnya bekas tambang, mendukung ketahanan pangan, dan memperbaiki ekosistem lokal. Yahya menambahkan, “Kami ingin menunjukkan bahwa lahan bekas tambang bukanlah akhir, melainkan awal dari sesuatu yang baru dan lebih bermanfaat.”  

Meski demikian, perjalanan ini tak sepenuhnya mulus. Salah satu rintangan terbesar adalah pemasaran hasil panen. Pada awalnya, jagung hanya memenuhi kebutuhan lokal. Namun, berkat kerja sama pemerintah desa dengan sektor swasta, kini jagung Desa Embalut diminati oleh distributor besar dan pabrik pakan ternak.  

Tidak berhenti di jagung, Desa Embalut berencana menanam komoditas lain seperti kedelai dan sorgum. Tanaman ini diyakini cocok untuk lahan bekas tambang dan memiliki potensi ekonomi tinggi. “Kami ingin terus berinovasi, membawa manfaat lebih besar untuk masyarakat kami,” ujar Yahya dengan penuh semangat.  

Langkah yang diambil Desa Embalut menjadi inspirasi bagi daerah lain di Kutai Kartanegara yang memiliki lahan bekas tambang. Pemanfaatan lahan ini bukan hanya mengubah ekonomi desa, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang keberlanjutan.  

“Kami membuktikan bahwa dengan kerja keras, kolaborasi, dan visi yang jelas, lahan rusak sekalipun bisa menjadi aset yang berharga. Inilah bentuk nyata dari harapan dan inovasi,” tutup Yahya dengan penuh optimisme.  

Desa Embalut kini berdiri sebagai simbol keberanian melawan keterbatasan, mengajarkan bahwa masa depan tidak ditentukan oleh apa yang hilang, melainkan oleh apa yang kita bangun. Dari kubangan tambang yang terlupakan, Embalut kini menjadi bintang terang yang memancarkan inspirasi bagi daerah-daerah di sekitarnya. (ADV/ED3)

Bagikan:

Tinggalkan komentar

Ads - Before Footer