
Kutai Kartanegara, 30 Mei 2024 – Jajaran Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI mendampingi Komisi VII DPR RI mengecek area smelter nikel yang dikelola oleh PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) di Desa Pendingin, Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada Rabu (29/5/2024).
Kedatangan tim dari pusat ini, imbas kebakaran yang terjadi dua kali dalam kurun waktu tujuh bulan di area tersebut. Tercatat kebakaran terjadi pada 11 Oktober 2023 dan 17 Mei 2024 lalu.
Kepada wartawan, anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Hermanto, menjelaskan bahwa kunjungan ini bertujuan sebagai bentuk perhatian pemerintah pusat kepada hilirisasi industri nikel di Indonesia. Sehingga pihaknya pun memeriksa secara langsung kondisi di lapangan dan memastikan penyebab kebakaran.
“Banyak investor masuk ke Indonesia, memperluas lapangan kerja, tetapi kita juga ingin tiap investasi yang masuk sesuai dengan aturan. Salah satunya terkait keselamatan kerja,” ujarnya.
Terpisah, Pelaksana Direktur Industri Logam, Kemenperin RI, Yan Sibarang Tandiele menjelaskan bahwa pada kunjungan kali pihaknya memverifikasi perizinan yang dikantongi PT KFI. Serta melakukan pengecekan lapangan dalam rangka memastikan kesesuaian informasi yang diterima dari berbagai sumber selama ini.
“Kami melihat persyaratannya cukup lengkap,” jelasnya.
Dia juga mengapresiasi investasi PT KFI di sektor hilirisasi nikel, serta mendorong peningkatan produksi di sektor lain. Terlebih PT KFI punya rencana untuk memproduksi stainless steel.
“Harapannya bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga menyentuh sektor otomotif dan sebagainya,” singkatnya.
Sementara itu Owner Representative PT KFI, M. Ardhi Soemargo mengapresiasi kunjungan kali ini, karena menjadi langkah validasi atas berbagai informasi. Dirinya pun memastikan selam beroperasi PT KFI telah melalui berbagai tahapan perizinan dan berkomitmen untuk memenuhi standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ISO 50001.
“Kami sangat mementingkan keselamatan dalam proses berkegiatan,” tegasnya.
Di samping itu, Ardhi turut menerangkan terkait informasi bahwa PT KFI menggunakan mesin bekas. Bahwa isu tersebut tidak benar, karena semua perangkat merupakan barang yang baru diproduksi untuk PT KFI. “Seribu persen mesin yang kami bangun di KFI adalah baru,” pungkasnya. (ED1)