Tenggarong, Rabu 4 Desember 2024 – Di sepanjang jalan menuju Bukit Suharto, aroma manis buah nanas dan buah naga menyambut siapa saja yang melintas. Pedagang-pedagang kecil berjejer, menawarkan hasil panen segar yang baru dipetik dari kebun petani setempat. Ini bukan sekadar pemandangan biasa di Kecamatan Samboja Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar)—melainkan potret nyata dari sebuah revolusi pertanian yang telah mengubah hidup ribuan keluarga.
Burhanuddin, Camat Samboja Barat, tidak dapat menyembunyikan kebanggaannya saat menggambarkan bagaimana sektor pertanian kini menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat. “Samboja Barat memiliki potensi luar biasa sebagai pusat produksi buah naga dan nanas. Hasil panen kami tidak hanya memenuhi pasar lokal, tetapi juga sudah menembus Jawa, Sumatera, bahkan pasar internasional,” ungkapnya, Rabu (4/12/2024).
Dalam satu musim panen raya, petani mampu memanen hingga 20 ton buah naga dan nanas, menghasilkan pendapatan yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Namun, perjalanan menuju keberhasilan ini tidak selalu mulus. Burhanuddin mengakui bahwa fluktuasi harga sering menjadi tantangan. “Ketika panen melimpah, harga bisa turun hingga Rp10 ribu per kilogram. Namun saat pasokan terbatas, harga bisa naik dua kali lipat,” jelasnya.

Fluktuasi harga tersebut telah menjadi pengingat bagi petani tentang pentingnya pengelolaan hasil panen yang lebih baik. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pun turun tangan dengan memberikan pelatihan, bantuan teknologi, dan akses pasar yang lebih luas. Dukungan ini memastikan buah naga dan nanas Samboja Barat tetap menjadi komoditas unggulan dengan daya saing tinggi.
Keberhasilan sektor ini juga berdampak luas pada perekonomian lokal. Banyak warga yang kini terlibat dalam berbagai tahapan produksi, mulai dari budidaya hingga distribusi. Lapangan pekerjaan terbuka, angka pengangguran menurun, dan roda ekonomi desa pun terus berputar. Tidak hanya itu, para petani mulai melirik diversifikasi produk untuk menambah nilai jual, seperti mengolah buah naga dan nanas menjadi jus, keripik, hingga selai.
Meski begitu, upaya ini bukan sekadar soal mendongkrak produksi. “Kami ingin buah naga dan nanas Samboja Barat menjadi simbol keberhasilan sektor pertanian di Kukar,” tegas Burhanuddin. Untuk itu, pemerintah berencana menggelar festival buah tahunan, sebuah ajang yang bertujuan mempromosikan produk lokal sekaligus menarik investor untuk mendukung ekspansi pertanian di wilayah ini.
Optimisme terus menguat seiring dukungan pemerintah dan semangat para petani yang pantang menyerah. Kini, Samboja Barat tidak hanya menjadi penghasil buah unggulan, tetapi juga menjadi contoh bagaimana sektor pertanian mampu membawa kesejahteraan yang merata. Dengan tanah yang subur, strategi yang tepat, dan kerja keras dari seluruh pihak, Samboja Barat siap menjadikan buah naga dan nanas sebagai kebanggaan Kukar di panggung dunia.
Sebagaimana aroma buah yang menggoda di sepanjang jalan menuju Bukit Suharto, harapan masyarakat Samboja Barat akan masa depan yang lebih cerah juga terus melambung. Sektor pertanian ini bukan hanya soal menghasilkan panen, tetapi tentang bagaimana sebuah komunitas kecil bisa bermimpi besar dan mengubahnya menjadi kenyataan. (ADV/ED3)